Hari raya Saraswati
dilaksanakan setiap 210 hari tepatnya pada hari Saniscara Umanis Watugunung. Pada
hari Sabtu wuku Watugunung itu, semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra
agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Dewi Saraswati
senndiri meupakan sakti dari Dewa Brahma dalam kepercayaan Hindu. Di tempat pustaka
yang telah ditata rapi dihaturkan upacara Saraswati. Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati,
pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari
pagi sampai tengah hari tidak diperkenankan membaca dan menulis terutama yang
menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati
dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh.
Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca
dan menulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan samadhi.
Besoknya pada hari Radite Paing Sinta dilangsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata
Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan.
Kata
Saraswati berasal dari Bahasa Sansekerta yakni dari kata Saras yang berarti sesuatu yang mengalir atau ucapan.
Kata Wati artinya memiliki.
Jadi kata Saraswati secara etimologis berarti sesuatu yang mengalir atau makna
dari ucapan. Ilmu pengetahuan itu sifatnya mengalir terus-menerus tiada
henti-hentinya ibarat sumur yang airnya tiada pernah habis meskipun tiap hari
ditimba untuk memberikan hidup pada umat manusia.
Makna
lambang dari perwujudan Dewi Saraswati:
Kecantikan
Dewi Saraswati adalah melambangkan kecantikan yang penuh wibawa. Memang orang
yang berilmu itu akan menimbulkan daya tarik yang luar biasa.
Daun lontar
yang dibawa Dewi Saraswati merupakan lambang ilmu pengetahuan.
Genitri
adalah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu tiada habis-habisnya. Genitri juga
lambang atau alat untuk melakukan japa. Ini pula berarti, menuntut ilmu
pengetahuan merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ini
berarti pula, ilmu pengetahuan yang mengajarkan menjauhi Tuhan adalah ilmu yang
sesat.
Wina yaitu
sejenis alat musik, yang di Bali disebut rebab. Suaranya amat merdu dan
melankolis. Ini melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung keindahan
atau estetika yang amat tinggi.
Damaru
(kendang kecil)
Angsa adalah
jenis binatang unggas yang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu tidak suka
berkelahi dan suka hidup harmonis. Angsa juga memiliki kemampuan memilih
makanan. Meskipun makanan itu bercampur dengan air kotor tetapi yang masuk ke
perutnya adalah hanya makanan yang baik saja.
Merak
merupakan lambang suatu kewibawaan.
Bunga Padma
atau bunga teratai adalah bunga yang melambangkan alam semesta dengan delapan
penjuru mata anginnya (asta dala) sebagai stana Tuhan. Burung merak adalah
lambang kewibawaan. Orang yang mampu menguasai ilmu pengetahuan adalah orang
yang akan mendapatkan kewibawaan.
Di Bali,
dalam upakara Banten Saraswati salah satu unsurnya ada disebut jajan Saraswati.
Jajan ini dibuat dari tepung beras berwarna putih dan berisi lukisan dua ekor
cecek (cicak). Mata cicak itu dibuat dari injin (beras hitam) dan di sebelahnya
ada telur cicak. Dipercaya bahwa binatang melata seperti cecak diyakini
memiliki kekuatan dan kepekaan pada getaran-getaran spiritual. Jajan Saraswati
yang berisi gambar cecak memberi pelajaran bahwa ilmu pengetahuan itu jangan
hanya berfungsi mengembangkan kekuatan ratio atau pikiran saja, tetapi harus
mampu mendorong manusia untuk memiliki kepekaan intuisi sehingga dapat menangkap
getaran-getaran rohani.
Refrensi:
Isi ; wikipedia.id
wiracaritabali.blogspot.co.id
Gambar ; oleh2bali.com
pixabay.com
panbelog.wordpress.com
santabanta.com
amazon.co.uk
dalymusic.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar