Berada di kawasan
selatan lereng Gunung Batukaru, Pura Luhur Muncaksari atau sering juga disebut
Pura Luhur Puncaksari berada di Desa Sangketan, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan. Berdasarkan namanya, Muncaksari berakar dari dua kata. Yaitu, Muncak
dan Sari. Muncak berarti puncak dan Sari dapat diartikan sumber kehidupan. Maka
dapat diartikan, Muncaksari berarti puncak sumber kehidupan. Pujawali atau piodalan Pura Luhur Muncaksari jatuh pada Budha Umanis Medangsia
dan nyejer selama tiga hari. Pura ini
ditemukan sejak zaman kejayaan Kerajaan Tabanan. Namun, tidak ada prasasati
yang dapat menguatkan dan mendukung sejarah Pura ini. Cerita mengenai awal dan
sejarah Pura Luhur Muncaksari hanya diwarisi secara turun-temurun dari leluhur.
Berdasarkan cerita turun-temurun,
diceritakan awal penemuan pura ini berawal dari kegiatan warga di sekitar hutan
yang suka mencari rotan. Saat itu, Pan (bapak)
Rum Rum, yang merupakan salah satu tokoh warga dari Dusun Puluk-Puluk, Desa
Tengkudak, Penebel, berniat membangun rumah. Sesuai kebiasaan, warga mencari
rotan untuk bahan tali pengikat kayu. Pan
Rum Rum mengajak lima warga lain merambah hutan. Rombongan kecil ini bergerak
ke utara. Lalu tiba di hutan Desa Sangketan, mereka dengan mudah mendapatkan
rotan atau penyalin. Tiba-tiba keanehan muncul. Saat hendak pulang, hujan lebat
disertai petir dan angin mendadak muncul. Kelima warga ini kebingungan dan
bergegas pulang. Anehnya, mereka hanya berputar-putar di lokasi. Sadar sudah
tersesat. Pan Rum Rum langsung duduk
dan berdoa meminta maaf karena dia sadar sudah melakukan kesalahan mengambil
rotan tanpa izin. Setelah meminta maaf dengan bahasa seadanya, hujan angin
mereda.
Ketika membuka mata,
kelima warga ini melihat tumpukan batu yang tertata rapi di bawah pohon besar.
Mereka langsung bersujud di tempat ini, lalu mengucapkan sebuah janji. Yang
mana isinya, warga akan datang lagi dengan membawa sesaji besar demi menebus
kesalahan tersebut. Sekitar enam bulan kemudian, mereka bersama warga lain
datang ke pelinggih ini untuk membayar kaul atau janji mereka. Sesaji dihaturkan
ke atas pelinggih. Kemudian, terdengar
suara gaib. Pelinggih batu tersebut ternyata bernama Bedugul Gumi, yang
berstana Ida Batara Sedahan Agung yang mana berfungsi sebagai pemberi
kemakmuran kehidupan bagi warga melalui persawahan dan ladang. Usai hatur
sesaji, Pekak (kakek) Rum Rum
dinobatkan menjadi pemangku pertama di pelinggih ini. Saat umat kembali
menghaturkan sesaji, suara gaib tersebut terdengar kembali. Isinya, pelinggih yang
sudah disungsung warga itu dikenal dengan nama Muncaksari atau pusatnya amrta kehidupan. Pemangku yang menyungsung dilanjutkan secara turun-temurun oleh keturunan Pan Rum Rum hingga sekarang. Dikatakan
kini telah memasuki generasi keenam.
Refrensi:
Isi ; puragunungsalak.com
Gambar ; wisatabaliasri.wordpress.com
wayaninbali.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar