Senin, 19 Oktober 2015

PURA LUHUR MUNCAKSARI



Berada di kawasan selatan lereng Gunung Batukaru, Pura Luhur Muncaksari atau sering juga disebut Pura Luhur Puncaksari berada di Desa Sangketan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Berdasarkan namanya, Muncaksari berakar dari dua kata. Yaitu, Muncak dan Sari. Muncak berarti puncak dan Sari dapat diartikan sumber kehidupan. Maka dapat diartikan, Muncaksari berarti puncak sumber kehidupan. Pujawali atau piodalan Pura Luhur Muncaksari jatuh pada Budha Umanis Medangsia dan nyejer selama tiga hari. Pura ini ditemukan sejak zaman kejayaan Kerajaan Tabanan. Namun, tidak ada prasasati yang dapat menguatkan dan mendukung sejarah Pura ini. Cerita mengenai awal dan sejarah Pura Luhur Muncaksari hanya diwarisi secara turun-temurun dari leluhur.


Berdasarkan cerita turun-temurun, diceritakan awal penemuan pura ini berawal dari kegiatan warga di sekitar hutan yang suka mencari rotan. Saat itu, Pan (bapak) Rum Rum, yang merupakan salah satu tokoh warga dari Dusun Puluk-Puluk, Desa Tengkudak, Penebel, berniat membangun rumah. Sesuai kebiasaan, warga mencari rotan untuk bahan tali pengikat kayu. Pan Rum Rum mengajak lima warga lain merambah hutan. Rombongan kecil ini bergerak ke utara. Lalu tiba di hutan Desa Sangketan, mereka dengan mudah mendapatkan rotan atau penyalin. Tiba-tiba keanehan muncul. Saat hendak pulang, hujan lebat disertai petir dan angin mendadak muncul. Kelima warga ini kebingungan dan bergegas pulang. Anehnya, mereka hanya berputar-putar di lokasi. Sadar sudah tersesat. Pan Rum Rum langsung duduk dan berdoa meminta maaf karena dia sadar sudah melakukan kesalahan mengambil rotan tanpa izin. Setelah meminta maaf dengan bahasa seadanya, hujan angin mereda.
Ketika membuka mata, kelima warga ini melihat tumpukan batu yang tertata rapi di bawah pohon besar. Mereka langsung bersujud di tempat ini, lalu mengucapkan sebuah janji. Yang mana isinya, warga akan datang lagi dengan membawa sesaji besar demi menebus kesalahan tersebut. Sekitar enam bulan kemudian, mereka bersama warga lain datang ke pelinggih ini untuk membayar kaul atau janji mereka. Sesaji dihaturkan ke atas pelinggih.  Kemudian, terdengar suara gaib. Pelinggih batu tersebut ternyata bernama Bedugul Gumi, yang berstana Ida Batara Sedahan Agung yang mana berfungsi sebagai pemberi kemakmuran kehidupan bagi warga melalui persawahan dan ladang. Usai hatur sesaji, Pekak (kakek) Rum Rum dinobatkan menjadi pemangku pertama di pelinggih ini. Saat umat kembali menghaturkan sesaji, suara gaib tersebut terdengar kembali. Isinya, pelinggih yang sudah disungsung warga itu dikenal dengan nama Muncaksari atau pusatnya amrta kehidupan. Pemangku yang menyungsung dilanjutkan secara turun-temurun oleh keturunan Pan Rum Rum hingga sekarang. Dikatakan kini telah memasuki generasi keenam.



Refrensi:
Isi                    ; puragunungsalak.com
Gambar           ; wisatabaliasri.wordpress.com
  wayaninbali.wordpress.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar